Selasa, 01 November 2011

Ekonomi Perkotaan


EKONOMI PERKOTAAN
  • Konsep : merupakan suatu disiplin ilmu ekonomi baru yang membahas analisis ekonomi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kota dalam perkembangannya
  • Ciri atau sifat esensial daerah perkotaan adalah konsentrasi basis berbagai kegiatan ekonomi, social, dan politik pada tata ruang perkotaan.
  • Masalah perkotaan sangat luas dan bervariasi, sehingga untuk menanganinya diperlukan langkah dan upaya pemecahan dengan menggunakan analisis ekonomi agar dapat dicapai hasil yang efektif dan efisien.
FUNGSI KOTA BESAR
  • FUNGSI TEMPAT TINGGAL (WISMA)
Perumahan (papan) merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. perumahan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan stabilitas social, dinamika masyarakat dan produktivitas kerja. Namun pertambahan penduduk kota yang sangat pesat akan meningkatkan kebutuhan terhadap perumahan yang semakin besar pula hal ini menimbulkan banyak hambatan disebabkan karena rendahnya kemampuan ekonomi sebagaian besar penduduknya dan tingginya biaya pembangunan perumahan. Tingginya biaya disebabkan karena keterbatasan factor-faktor produksi perumahan seperti tanah( lahan), bahan bangunan, dll.
Permasalahan : Semakin banyak tumbuh perumahan yang kurang memenuhi persyaratan bagi perumahan yang layak dan lingkungan yang sehat (kumuh).
Solusi : Dibangunnya perumahan rakyat yang memenuhi standart yang telah ditetapkan yaitu jumlah yang memadai di dalam lingkungan yang sehat, kuat dari segi teknis dan dalam jangkauan masyarakat.
  • FUNGSI TEMPAT PEKERJAAN (KARYA)
Kota-kota besar sebagai pusat-pusat kegiatan dapat ditandai dengan terjadinya aglomerasi industry dan arus urbanisasi. Sehingga fungsi dan peranan kota sangat penting sebagai pusat kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Permasalahan :
  • Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat sering kali tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang memadai yang pada akhirnya akan menimbulkan pengangguran, beban pemerintah, keonaran sering terjadi di dalam masyarakat, perkampungan kumuh dan peningkatan angka kriminalitas.
  • Sebagian kegiatan produktif di perkotaan terjadi atau berada pada gedung-gedung dan antar gedung. Pembangunan gedung-gedung tersebut berkembang cepat , bahkan sebagian tidak terarah atau tidak terkontrol dengan baik.
Solusi:
  • Pemerintah harus berusaha menciptakan iklim yang menggairahkan terhadap kegiatan ekonomi, baik dalam arti menciptakan lapangan kerja baru maupun memperluas kegiatan yang sudah ada. Diantaranya, mengadakan perbaikan kondisi pemukiman, penentuan lokasi kegiatan industry yang tepat, mendorang inisiatif (prakarsa) dan usaha swasta seluas mungkin serta usaha-usaha lainnya dalam rangka penciptaan dan perluasan lapangan kerja di dalam wilayah perkotaan.
  • Pemerintah kota harus menciptakan lingkungan fisik perkotaan (urban setting) yang serasi dan harmonis. Keadaan tempat-tempat pekerjaan harus diusahakan sedapat mungkin memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan, kebersihan dan keindahan.

  • FUNGSI LALU LINTAS (MARGA)
Pemukiman penduduk yang terpusat di daerah perkotaan menimbulkan kebutuhan akan prasarana dan sarana transportasi yang digunakan untuk melayani angkutan penduduk. secara teoritis permintaan akan jasa transportasi adalah bersifat turunan(derived demand). Kenaikan terhadap kegiatan perdagangan dan industry serta kegiatan mobilitas lainnya akan menimbulkan permintaan akan jasa transportasi. Berbagai jenis perjalanan tersebut dapat dikelompokkan menjadi aksebilitas antar kegiatan tempat tinggal, aksebilitas antar kegiatan non tempat tinggal.
Permasalahan : Banyaknya angkutan yang ada di kota kadang mengakibatkan kesemrawutan tata kota. Angkutan kota banyak diantaranya yang telah tua dan diantaranya memproduksi emisi yang mengakibatkan polusi udara di daerah perkotaan.
Solusi : Adanya perencanaan angkutan umum di daerah perkotaan yang baik dan serasi. Lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi dapat diatur dan disesuaikan dengan perumahan yang dihubungkan melalui jalur angkutan yang tepat. Selain itu diperlukan juga konsolidasi antar berbagai jenis alat angkutan, penyusunan pola trayek angkutan, penerapan tariff angkutan, pembarian izin, pembangunan terminal, peremajaan kendaraan, pengujian emisi berkala.
  • FUNGSI REKREASI
Kota sebagai pusat kegiatan juga memenuhi fungsi rekreasi.


MENGAPA TIMBUL URBANISASI
Faktor pendorong
  • Daerah belum maju
  • Pekerjaan
  • Penghasilan rendah
Faktor penarik
  • Proses aglomerasi/polarisasi
  • Penghasilan/upah yang lebih tinggi
  • Melanjutkan sekolah
  • Kebebasan pribadi
  • Hiburan
  • Adat
Pertumbuhan dan Struktur Kota
  • ·Kriteria Pertumbuhan Kota
Kota merupakan konsentrasi pemukiman penduduk yang makin lama makin meluas. Konsentrasi di dalam pemukiman penduduk di daerah perkotaan sangat tinggi kepadatannya. Gejala yang sering ditemukan di daerah perkotaan adalah urbanisasi. Perkembangan kota mencakup kegiatan pembangunan dan perkembangan kota itu sendiri. Perkembangan kota juga mencakup kegiatan pelayanan bagi daerah hinterland (daerah belakang).






TEORI-TEORI PERTUMBUHAN KOTA
CENTRAL PLACE DAN URBAN BASE
  • ·Formulasi Teori Central Place
Pusat kota dapat dikatakan pula dengan istilah central place(tempat sentral) yang didefinisikan dalam arti fungsi-fungsi sentral yang dilaksanakan untuk suatu daerah. Fungsi utama kota adalah bertindak sebagai suatu pusat pelayanan untuk daerah hinterland di sekitarnya (yang disebut sebagai daerah komplementer/daearah belakang), yang menyuplai kebutuhan barang dan jasa untuk kota.
Menurut teori central place atau tempat sentral, kota tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari permintaan barang dan jasa daerah sekitarnya. Atau dengan kata lain pertumbuhan kota merupakan suatu fungsi dari penduduk daerah hinterlandnya dan merupakan fungsi dari tingkat pendapatannya.
Keterbatasan/kelemahan teori central place:
1. Pada kenyataannya kota besar tidak mengkususkan fungsinya pada produksi barang dan jasa yang akan dipasarkan ke darah pasar yang luas sebagaimana di klaim oleh teori central place.
Contoh: Kepadatan penduduk kota diikuti oleh peningkatan kebutuhan. Persoalan yang timbul bahwa dalam pertumbuhan kota ternyata tidak sederhana seperti pemasaran barang dan jasa yang diproduksi oleh central place yang berada di dalam kota untuk daearh-daerah sekitarnya. Kebutuhan pelayanan kepada penduduk kota yang cukup banyak jenisnya dab sangat luas jangkauannyaharus ditempuh dan disediakan secara cukup, merata, dan murah.
2. Analisis central place ternyata lebih menekankan pada peranan sektor perdagangan dan kegiatan jasa dari pada kegiatan produktif lainnya seperti manufacturing dan transportasi.
3. Pertumbuhan kota meningkat terus dan setelah sampai pada tingkat tertentu mereka memerlukan sumber daya (tenaga kerja, modal, dll) yang didatangkan dari luar daerah. Dalam hal ini tidak dapat dijelaskan dalam pengertian permintaan barang dan jasa dari daerah hinterland seperti yang dikemukakan oleh teori central place.
Diakui bahwa hinterland dan kota berkaitan satu sama lainnya. Tanpa hinterland pertumbuhan kota tidak akan pesat, sebaliknya hinterland tanpa kota juga tidak akan menikmati kemajuan teknologi yang pada umumnya ditransfer dari kota-kota besar.
  • Pendekatan Urban Base (Basis Ekonomi Perkotaan)
Perbedaan dari teori central place dan urban base adalah pada teori central place menyatakan bahwa sumber utama pertumbuhan kota adalah melayani permintaan barang dan jasa daerah hinterlandnya sedangkan menurut teoriurban base sumberdaya adalah permintaan dari mana saja di luar pusat kota.
Menurut teori urban base struktur ekonomi perkotaan terdiri dari dua kategori utama yaitu kegiatan-kegiatan dasar (basic activities).yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa untuk di ekspor ke luar daerah perkotaan, dan kegiatan-kegiatan jasa non dasar (non basic activities) dimana barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan akan dikonsumsi di daerah perkotaan sendiri.
Menurut teori urban base suatu kota bertumbuh sebagai akibat dari spesialisasi dalam kegiatan ekspor. Dengan ekspor tentunya akan diperoleh devisa, hal ini berarti dapat meningkatkan kekayaan dan kemampuan suatu Negara atau daerah untuk melaksanakan pembangunan dan membayar harga barang yang diimpornya dari luar negeri.




Kelemahan teori urban base :
1. Terdapat kesulitan dalam mengukur economic base, khususnya masalah bagaimana membedakan antara kegiatan dasar dan kegiatan non dasar.
2. Tidak dapat meramalkan pertumbuhan kota di masa depan.
3. Terdapat kelemahan teoritik yaitu pembagian ke dalam dua sektor (dasar dan non dasar) dapat dikatakan tidak mempunyai arti yang penting.


TEORI AMBANG PINTU (THRESHOLD THEORY)
Teori ambang pintu (threshold theory) adalah suatu usaha pemikiran untuk menjabarkan desain perencanaan kota atau regional ke dalam teoru kuantitatif. Perencanaan kota menghadapi beberapa jenis keterbatasan atau limitasi, misalnya dalam penggunaan dan pengembangan lingkungan. Prosedur yang konvensional dari studi-studi kelayakan, baiasanya dalam metodologi tidak mengemukakan cara-cara penanggulangannya secara jelas dan lengkap terhadap keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Sebagai contoh usaha pemukiman menghadapi tantangan dari waktu ke waktu dalam bentuk keterbatasan-keterbatasan yang bersifat ambang pintu. Keterbatasan itu adalah:
1. Keterbatasan secara fisik, contoh : tipe lahan yang sulit untuk dilakukan pengembangan karena mempunyai kontur yang curam/barbatu/dll. Namun keterbatasan ini tidak absolute karena masih bisa diatasi dengan teknologi modern.
2. Keterbatasan ambang pintu teknologis, contoh: dalam pengembangan fasilitas kota perlu adanya system baru yang berteknologi mutakhir.
3. Keterbatasan structural, keterbatasan ini terjadi sebagai akibat pertambahan penduduk kota dan arus urbanisasi yang terus meningkat, maka peremajaan kota perlu dilakukan.


AGLOMERASI
Pengertian Aglomerasi
Aglomerasi menurut teori lokasi modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas ekonomi, aglomerasi juga menjadi salah satu faktor disamping keunggulan komparatif dan skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-daerah dan kota-kota . Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi pemasaran. Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah. Aglomerasi pemasaran adalah perusahaan-perusahaan dagang atau banyak toko mengelompok dalam satu lokasi. Ada eksternalitas belanja (shopping externality) yang dapat dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi oleh toko lain disekitarnya. Ada dua produk yang menimbulkan eksternalitas belanja, yaitu barang subtitusi tidak sempurna dan barang komplementer. Barang subtitusi tidak sempurna merupakan barang yang mirip namun tidak sama, pembeli membutuhkan perbandingan (comparison shopping) menyangkut corak, harga, kualitas dan merek sebelum memutuskan untuk membeli. Misalnya dalam membeli sepeda motor, ada Honda, Yamaha, Susuki, Kawasaki dan yang lain-lain. Barang komplementer adalah barang-barang saling melengkapi, misalnya kopi dan gula, CD dan CD Player, toko baju olah raga dengan sepatu olah raga, dan lain-lain.
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Gejala aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut :
  • Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak.
  • Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan industri.
  • Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi.
  • Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.
  • Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran.
  • Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang dimulai tahun 2020.
  • Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan jumlah secara tepat dan berdaya guna serta menyediakan fasilitas kegiatan industri yang berwawasan lingkungan.
Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain.
Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini :
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di negara maju. Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :
a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.
b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d. Organisasi produksi yang masih tradisional.






Sumber : mbaksari.wordpress.com/2010/08/18/ekonomi-perkotaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar